Definisi
Perubahan Harga :
Terdapat dua
istilah dalam perubahan harga yang harus dipahami yaitu :
(1)
perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan
jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Unit-unit moneter memperoleh
keuntungan atau mengalami kerugian daya beli. Kenaikan harga secara keseluruhan
disebut sebagai inflasi (inflation), sedangkan penurunan harga disebut sebagai
deflasi (deflation).
(2)
Perubahan harga spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang atau jasa
tertentu yang disebabkan oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran. Jadi
laju inflasi per tahun dalam suatu negara mungkin berkisar sekitar 5%,
sementara harga satu unit apartemen dengan satu kamar tidur mungkin meningkat
sebesar 50% selama periode yang sama.
Mengapa
Laporan Keuangan Memiliki Potensi Untuk Menyesatkan Selama Periode Perubahan
Harga?
Selama periode inflasi, nilai aktiva yang tercatat
sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya (yang lebih
tinggi). Nilai aktiva yang dinyatakan lebih rendah menghasilkan beban yang
dinilai lebih rendah dan laba yang dinilai lebih tinggi.
Penyesuaian
Tingkat Harga Umum
Mata uang konstan biaya historis atau equivalen daya
beli umum merupakan jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan
tingkat harga umum (daya beli). Jumlah nominal merupakan jumlah mata uang yang
belum disesuaikan sedemikian rupa.
Sebagai contoh, selama periode kenaikan harga, aktiva
berumur panjang yang dilaporkan didalam neraca sebesar biaya akuisisi awalnya
dinyatakan dalam mata uang nominal. Apabila biaya historisnya tersebut
dialokasikan terhadap laba periode kini (dalam bentuk beban depresiasi),
pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini, ditandingkan dengan biaya yang
mencerminkan daya beli (yang lebih tinggi) dari periode terdahulu saat aktiva
tersebut dibeli. Oleh sebab itu, jumlah nominal harus disesuaikan untuk
perubahan dalam daya beli umum uang agar dapat ditandingkan secara tepat dengan
transaksi kini.
Sudut
Pandang Internasional Terhadap Akuntansi Inflasi
Berbagai negara telah mencoba metode inflasi yang
berbeda. Praktik aktual juga mencerminkan pertimbangan paragmatis seperti
parahnya laju inflasi nasional dan pandangan pihak yang secara langsung
dipengaruhi oleh angka akuntansi inflasi. Mengamati beberapa metode akuntansi
inflasi yang berbeda sangat bermanfaat pada saat menilai kondisi paling
mutakhir saat ini.
Amerika
Serikat
Pada tahun 1979, FSAB mengeluarkan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (statement of financial accounting standards-SFAS) No. 33.
Berjudul “pelaporan keuangan dan perubahan harga”, pernyataan ini mengharuskan
perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aktiva tetap.
Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang
telah sesuai dengan SFAS No.33 mengemukakan bahwa :
1.
Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan.
2. Biaya
untuk penyusunan pengungkapan ganda ini terlalu besar.
3.
Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila
dibandingkan data biaya kini.
Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggris (Accounting Standard
Commitee-ASC) menerbitkan Pernyataan Standard Praktik Akuntansi 16 (Statement
Of Standard Accounting Practice-SSAP 16). Perbedaan SSAP 16 dengan SFAS 33
yaitu :
1. Apabila
standar AS mengharuskan akuntansi dolar konstan dan biaya kini, SSAP 16
mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.
2. Apabila
penyesuaian inflasi AS berpusat pad laporan laba rugi, laporan biaya kini di
Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta
pencatatan penjelasan.
Standar di
Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan :
1.
Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun
pelengkap biaya historis.
2.
Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan
akun-akun pelengkap biaya kini.
3.
Menyediakan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi
dengan informasi biaya historis yang memadai.
Badan
Standar Akuntansi Internasional
IASB telah menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan
dan kinerja operasi dalam mata uang lokal menjadi tidak berarti lagi dalam
suatu lingkungan yang mengalami hiperinflasi. Secara khusus laporan keuangan
suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang perekonomian
hiperinflasi, apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau
biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal
neraca. Aturan ini juga berlaku untuk angka terkait dalam periode sebelumnya.
Keuntungan atau kerugian daya beli yang terkait dengan posisi kewajiban atau
aktiva moneter bersih dimasukan kedalam laba kini. Perusahaan yang melakukan
pelaporan juga harus mengungkapkan :
a. Fakta
bahwa penyajian ulang untuk perubahan dalam daya beli unit pengukuran telah
dilakukan
b. Kerangka
dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan utama yaitu
penilaian biaya historis atau biaya kini
c. Identitas
dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan perubahannya selama
periode pelaporan
d. Keuntungan
atau kerugian moneter bersih selama periode tersebut
Keuntungan
Dan Kerugian Inflasi
Perlakuan keuntungan dan kerugian pos-pos moneter
(yaitu kas, piutang, dan utang) tergolong kontroversial. Penelitian kami
terhadap praktik di berbagai negara mengungkapkan perbedaan yang penting dalam
hal ini.
Di Amerika, keuntungan atau kerugian pos-pos moneter
ditentukan dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan, saldo awal dan saldo
akhir. Serta transaksi dalam, seluruh aktiva dan kewajiban moneter (termasuk
utang jangka panjang), angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai saldo
terpisah. Perlakuan ini memandang keuntungan dan kerugian pos-pos moneter
sebagai hal yang berbeda dari jenis pendapatan yang lain.
Keuntungan
Dan Kerugian Kepemilikan
Akuntansi
untuk biaya kini membagi total laba menjadi 2 bagian :
1. Laba
operasi (perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang
dikonsumsi).
2.
Keuntungan yang belum direalisasi yang imbul dari kepemilikan aktiva nonmoneter
dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi.
Kenaikan
dalam biaya penggantian aktiva operasi yaitu proyeksi arus keluar yang lebih
tinggi untuk mengganti peralatan, bukanlah suatu keuntungan baik itu
direalisasikan atau tidak. Apabila laba berbasis biaya kini mengukur perkiraan
kekayaan perusahaan yang dapat digunakan, maka perubahan biaya kini persediaan,
aktiva tetap dan aktiva operasi lainnya merupakan revaluasi equitas pemilik
yang merupakan bagian dari laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk
mempertahankan modal fisiknya.
Akuntansi
Untuk Inflasi Diluar Negeri
Para investor memberi perhatian terhadap potensi
perusahaan untuk menghasilkan deviden, karena nilai investasi mereka sangat
tergantung pada deviden dimasa depan. Potensi suatu perusahaan untuk
menghasilkan deviden berkaitan langsung dengan kapasitasnya untuk memproduksi
barang dan jasa.
Jika suatu perusahaan mempertahankan kapasitas
produksinya, baru ada suatu deviden masa depan yang dapat dipertimbangkan.
Menyajikan ulang akun-akun perusahan luar negeri dan domestik menjadi ekuivalen
harga kini akan menghasilkan informasi yang relevan dengan keputusan. Informasi
ini memberikan kesempatan kepada investor untuk memperoleh informasi sebanyak
mungkin yang menyangkut deviden dimasa depan. Jauh lebih mudah
untukmembandingkan dan mengevaluasi hasil konsolidasi seluruh perusahaan
daripada yang dilakukan dewasa ini.
1. Memahami mengapa laporan keuangan memiliki potensi untuk
menyesatkan selama periode perubahan harga.
Selama periode inflasi, nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi
awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Ketidak
akuratan pengukuran ini mendistorsi :
1.
proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis
2.
anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja
3.
data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat
dikendalikan
Laba
yang dinilai lebih pada gilirannya akan menyebabkan :
1.
Kenaikan dalam proporsi pajak
2.
Permintaan dividen lebih banyak dari pemegang saham
3.
Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari para pekerja
4.
Tindakan yang merugikan dari negara tuan rumah (seperti pengenaan pajak
keuntungan yang sangat besar).
Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam
daya beli unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan
untuk menginterpretasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang
dilaporkan. Dalam periode inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata
uang dengan daya beli umum yang lebih rendah (yaitu daya beli periode kini),
yang kemudian diterapkan terhadap kerugian daya beli yang timbul dari
kepemilikan kas (ekuivalennya) selama periode inflasi. Oleh karena itu,
mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit berguna dilakukan karena :
1.
Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang
dihadapi suatu perusahaan.
2.
Mengelola masalah yang ditimbulkan oleh perubahan harga bergantung pada
pemahaman yang akurat atas masalah tersebut.
3.
Laporan dari para manajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan
harga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan informasi
keuangan yang membahas masalah-masalah tersebut.
2. Mengetahui istilah-istilah akuntansi inflasi dan memahami pengaruh
penyesuaian harga terhadap laporan keuangan.
- Atribut.
Karakteristik
kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan akutansi. Contoh:
biaya histories atau biaya penggantian merupaka atribut suatu aktiva
- Penyesuaian biaya kini.
Nilai penyesuaian aktiva untuk
perubahan dalam harga tertentu
- Kekayaan yang dapat dihapuskan.
Jumlah
aktiva bersih suatu perusahaan yang dapat ditarik tanpa mengurangi besar
awalnya aktiva bersih
- Mekanisme Penyesuaian.
Manfaat
berupa keuntungan daya beli pemegang saham yang berasal dari pendanaan utang
dan pertanda bahwa perusahaan tidak perlu mengakui tambahan biaya pengganti
atas aktiva operasi sehubungan dengan aktiva tersebut didanai melalui utang
- Ekuivalen Daya Beli Umum.
Jumlah mata
uang yang telah disesuaikan terhadap perubahan dalam tingkat harga umum
- Keuntungan kepemilikan suatu
investasi.
Kenaikan nilai biaya kini suatu aktiva
nonmoneter
- Hiperinflasi.
Laju inflasi yang sangat besar terjadi pada saat
tingkat harga umum dalam suatu perekonomian meningkat sebesar lebih dari
25% pertahun
- Inflasi.
Kenaikan dalam tingkat harga umum seluruh barang
dan jasa dalam suatu perekonomian
- Aktiva moneter.
Klaim terhadap jumlah mata uang yang tetap dimasa
depan seperti kas atau piutang usaha
- Keuntungan Moneter. Kenaikan
dalam daya beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya kewajiban moneter
selama periode inflasi
- Kewajiban moneter.
Suatu kewajiban untuk membayar jumlah mata uang yang
tetap dimasa depan seperti utang usaha atau uang dengan suku bunga yang tetap
- Kerugian Moneter.
Penurunan dalam daya beli secara umum yang terjadi
karena terdapatnya kativa moneter selama periode inflasi
- Penyesuian Modal Kerja Moneter.
Pengaruh perubahan harga khusus terhadap
seluruh jumlah modal kerja yang digunakan oleh sutu usaha dalam menjalankan
operasinya
- Jumlah Nominal.
Jumlah mata uang yang belum disesuaikan
dengan perubahan harga
- Aktiva Nonmoneter.
Aktiva yang tidak menunjukkan adanya klaim tetap
terhadap kas seperti persediaan, aktiva tetap, dan peralatan
- Kewajiban Nonmoneter.
Suatu utang yang tidak mengharuskan pembayaran
jumlah kas yang tetap dimasa depan, seperti uang muka pelanggan
- Penyesuian Paritas.
Suatu penyesuian yang mencerminkan perbedaan antara
inflasi di Negara induk perusahaan dan Negara tuan rumah
- Aktiva permanent.
Istilah di Brasil untuk aktiva tetap, gedung,
investsai, beban tangguhan, dan depresiasi terkait serta
jumlah deplesi atau amortisasi
- Indeks Harga.
Suatu rasio biaya dimana pembilang/numeratornya
adalah biaya dari suatu keranjang barang dan jasa yang representatif dalam
tahun berjalan, sedangkan penyebutnya adalah biaya dari keranjang barang dan
jasa yang sama pada tahun dasar
- Daya Beli.
Kemampuan umum dari suatu unit moneter untuk
memeperoleh barang dan jasa
- Laba Riil.
Laba bersih yang telah disesuaikan untuk perubahan
harga
- Biaya penggantian.
Biaya kini untuk mengganti potensi jasa suatu
aktiva dalam keadaan normal usaha
- Mata uang pelaporan.
Mata uang yang digunakan suatu perusahaan dalam
menyusun laporan keuangan
- Metode nyatakan kembali-translasikan.
Digunakan
pada saat suatu induk perusahaan mengkonsolidasikan akun-akun anak
perusahaan luar negeri yang berlokasi disebuah lingkungan berinflasi
- Perubahan Harga Khusus.
Perubahan
dalam harga untuk komoditas khusus seperti persediaan atau peralatan
- Metode translasikan-nyatakan kembali.
Suatu metode
konsolidasi pertama-tama dengan mentranlasikan akun-akun laporan keuangan anak
perusahaan luar negeri kedalam mata uang induk perusahaan dan kemudian
dinyatakan kembali jumlah yang ditanslasikan terhadap inflasi induk perusahaan.
3. Menentukan perbedaan model akuntansi biaya terkini dan
konvensional.
Secara umum, dalam akuntansi konvensional, laporan
keuangan disajikan berdasarkan nilai historis yang mengasumsikan bahwa
hargaharga (unit moneter) adalah stabil. Akuntansi konvensional tidak mengakui
adanya perubahan tingkat harga umum maupun perubahan tingkat harga khusus.
Sebagai konsekuensinya, jika terjadi perubahan daya beli seperti pada periode
inflasi, maka laporan keuangan historis secara ekonomis tidaklah relevan. Pada
periode ini pendapatan umumnya dinilai lebih tinggi sedangkan aktiva tetap
dinilai lebih rendah. Sebenarnya, terdapat beberapa metode akuntansi mengenai
pengaruh perubahan harga, antara lain akuntansi harga tetap, akuntansi nilai
sekarang, dan akuntansi tingkat harga umum. Akuntansi tingkat harga umum akan
mengadakan restatement komponen-komponen laporan keuangan ke
dalam rupiah pada tingkat daya beli yang sama, namun sama sekali tidak mengubah
prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam akuntansi berdasarkan nilai
historis.Pada prakteknya, kontroversi yang menyangkut relevansi penggunaan
akuntansi tingkat harga umum masih berlanjut hingga saat ini.
Beberapa argumentasi yang mendukung maupun menolak
penerapan akuntansi tingkat harga umum akan disajikan dalam artikel ini.
Demikian juga hasil dari dua penelitian mengenai pengaruh penerapan akuntansi
tingkat harga umum terhadap laporan keuangan akan diperbandingkan guna melihat
apakah penyesuaian berdasarkan akuntansi tingkat harga umum memang diperlukan.
4. Menjelaskan
perbedaan akuntansi inflasi di AS, Inggris, dan Brasil.
Di Amerika Serikat, keuntungan dan
kerugian dari item-item moneter ditentukan dengan me restate, ke dalam dolar
konstan, saldo awal dan akhir dari, atau transaksi dalam, semua aset-aset dan
kewajiban moneter (termasuk hutang jangka panjang). Hasilnya dimaksudkan untuk
menyediakan basis yang berguna untuk menilai kinerja perusahaan dalam
mempertahankan daya beli umum dari para investor (FAS No 89, paragraf 65-66).
Keuntungan atau kerugian tersebut tidak dimasukkan dalam laba tetapi
diungkapkan dalam item terpisah yang berdiri sendiri. Perlakuan ini menyiratkan
bahwa FASB memandang keuntungan dan kerugian dalam iem-item moneter berbeda
sifatnya dengan laba-laba lain.
Di Inggris, keuntungan dan kerugian atas
item-item moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan geraing adjustment.
Kedua jumlah tersebut berkaitan dengan perubahan tingkat harga berikut
diberikan (SSAP NO. 16 paragraf 11-13)/ ketika penjualan dilakukan secara
kredit, perusahaan sebebnarnya mengikat modal kerja (dalam arti, perusahaan
membiayai perubahan-perubahan keuangan dalam replacement cost dari
persediaannya) sampai piutang yang terkait ditagih. Sebaliknya, ketika
persediaan dan perlengkapan lain dibeli secara kredit, perubahan-perubahan
harga spesifik yang berkaitan dengan item-item ini pada dasarnya dibiayai oleh
pemasok selama periode kredit. Sehingga modal kerja dari pembeli bebas untuk
digunakan bagi keperluan lain. Karena fenomena-fenomena ini sama dan dipandang
sebagai perluasan dari penyesuian penjualan biaya berjalan untuk menghasilkan
laba operasi yang telah disesuaikan.
Di Brazil, tidak menyesuaikan aktiva
lancar dan kewajiban lancar secara eksplisit karena jumlah-jumlah ini
diekspresikan dalam nilai berjalan. Penyesuaian yang timbul dari menghitung
nilai bersih aset-aset permanen dan modal yang telah disesuaikan dengan tingkat
harga mewakili keuntungan atau kerugian daya beli umum dalam membiayai modal
kerja dengan hutang atau modal. Penyesuaian aset permanen yang melebihi
penyesuaian modal mencerminkan porsi aset permanen yang dibiayai dengan hutang,
sehingga menghasilkan keuntungan daya beli. Sebaliknya, penyesuaian modal yang
lebih besar daripada penyesuaian aset permanen menunjukkan porsi modal kerja
yang dibiayai oleh modal. Bagi porsi modal ini diakui adanya kerugian daya beli
selama periode inflasi.
5. Memahami
pelaporan keuangan dalam perekonomian hiperinflasi.
ED PSAK 63 Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi
Hiperinflasi merupakan adopsi dari IAS 29 Financial Reporting in
Hyperinflationary Economies. IAS 29 ini berkaitan dengan penyajian kembali
laporan keuangan ketika terjadi ekonomi hiperinflasi dalam mata uang pelaporan
entitas. Dalam kondisi semacam ini, laporan keuangan entitas disajikan dalam
unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan. Selain itu, pos-pos terkait
di periode sebelumnya disajikan dalam unit pengukuran kini pada akhir periode
pelaporan, dan laba rugi atau posisi moneter neto diakui dalam laporan laba
rugi dan diungkapkan terpisah.
Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan 63 Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi terdiri
dari paragraf 1 – 40. Seluruh paragraf tersebut memiliki kekuatan mengatur yang
sama. Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring mengatur
prinsip-prinsip utama. PSAK 63 harus dibaca dalam konteks tujuan pengaturan dan
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. PSAK 25 (revisi
2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan
memberikan dasar memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi ketika tidak ada
panduan yang eksplisit. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur
yang tidak material.
Pernyataan ini diterapkan untuk laporan keuangan,
termasuk laporan keuangan konsolidasian, dari setiap entitas yang mata uang
fungsionalnya adalah mata uang dari suatu ekonomi yang mengalami hiperinflasi (selanjutnya
disebut ekonomi hiperinflasi. Dalam ekonomi hiperinflasi, pelaporan hasil
operasi dan posisi keuangan dalam mata uang lokal tanpa penyajian kembali tidak
bermanfaat. Uang menjadi kehilangan daya beli sedemikian rupa sehingga
perbandingan jumlah dari transaksi dan kejadian lain dari waktu ke waktu,
bahkan dalam periode akuntansi yang sama, menjadi menyesatkan.
Pernyataan
ini tidak menetapkan pada tingkat inflasi tertentu dianggap terjadi
hiperinflasi. Pertimbangan diperlukan dalam penentuan kapan penyajian kembali
laporan keuangan perlu dilakukan sesuai dengan pernyataan ini. Karakteristik
dari lingkungan ekonomi suatu negara yang merupakan indikasi bahwa negara
tersebut mengalami hiperinflasi antara lain:
1.
Penduduknya lebih memilih untuk menyimpan kekayaan mereka dalam bentuk aset
nonmoneter atau dalam mata uang asing yang relatif stabil. Jumlah mata uang
lokal yang dimiliki segera diinvestasikan untuk mempertahankan daya beli;
2.
Penduduknya mempertimbangkan jumlah moneter bukan dalam mata uang lokal tetapi
dalam mata uang asing yang relatif stabil.
3.
Harga-harga mungkin dikuotasikan dalam mata uang asing tersebut;Harga
yang berlaku dalam penjualan dan pembelian secara kredit ditentukan dengan
memasukkan faktor ekspektasi hilangnya daya beli selama periode kredit, bahkan
jika periode kreditnya singkat.
4.
Suku bunga, upah dan harga dikaitkan dengan indeks harga; dan
5.
Tingkat inflasi kumulatif selama tiga tahun mendekati atau melebihi 100%.
Semua
entitas yang menyusun laporan keuangan dalam mata uang ekonomi hiperinflasi
yang sama dianjurkan menerapkan Pernyataan ini dari tanggal yang sama. Namun,
Pernyataan ini diterapkan atas laporan keuangan setiap entitas sejak awal
periode pelaporan ketika entitas mengidentifikasi adanya hiperinflasi di negara
yang mata uangnya digunakan oleh entitas tersebut untuk menyusun laporan
keuangan.
6. Mengetahui apakah dolar konstan atau biaya kini lebih baik untuk
mengukur pengaruh inflasi.
Terdapat
empat isu akuntansi inflasi yang cukup mengganggu. Ke empat isu itu adalah:
(1) apakah
dolar konstan atau biaya kini yang lebih baik mengukur pengaruh inflasi,
(2)
perlakuan akuntansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi,
(3) akuntasi
inflasi luar negeri,
(4)
menghindari fenomena kejatuhan ganda.
Keuntungan
dan Kerugian Inflasi :
Perlakuan keuntungan dan kerugian pos-pos moneter
(yaitu kas,piutang,dan utang) tergolong kontroversial. Keuntungan dan kerugian
pos-pos moneter di Amerika Serikat ditentukan dengan menyajikan ulang dalam
dolar konstan,saldo awal dan akhir,serta transakasi dalam,seluruh aktiva dan
kewajiban moneter (termasuk utang jangka panjang). Angka yang dihasilkan
diungkapkan sebagai pos terpisah. Perlakuan ini memandang keuntungan dan
kerugian pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis pendapatan yang
lain.
Di Inggris keuntungan dan kerugian pos-pos moneter
dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan mekanisme penyesuaian. Kedua angka
tersebut ditentukan melalui perubahan harga khusus (dan bukan umum). Mekanisme
penyesuaian mengindikasikan manfaat (atau biaya) kepada para pemegang saham
yang berasal dari pembiayaan utama selama suatu periode perubahan harga.
Angka-angka ini ditambahkan atas (dikurangi dari) laba operasi biaya kini untuk
menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat dihapuskan, yang disebut sebagai
“Laba Biaya Kini Teratribusi Kepada Pemegang Saham”.
Pendekatan di Brasil yang tidak lagi diwajibkan, tidak
menyesuaikan aktiva dan kewajiban kini secara eksplisit, karena jumlah-jumlah
ini dinyatakan dalam hal nilai yang dapat direalisasi. Namun demikian,
penyesuaian dari penyajian bersih aktiva permanen dan ekuitas pemilik yang
disesuaikan dengan tingkat harga menunjukkan keuntungan atau kerugian daya beli
umum atas pendanaan modal kerja yang berasal dari utang atau kewajiban.
Penyesuaian aktiva permanen yang melebihi penyesuaian ekuitas menunjukan adanya
bagian dari aktiva permanen yang didanai oleh utang, sehingga menimbulkan
keuntungan daya beli. Sebaliknya, penyesuaian ekuitas yang lebih besar dari
penyesuaian aktiva permanen menunjukan adanya sebagian modal kerja yang didanai
oleh ekuitas. Kerugian daya beli diakui untuk bagian ini selama periode
inflasi.
SSAP 16 memiliki keunggulan dalam mengatasi pengaruh
inflasi. Sejalan dengan persediaan dan aktiva tetapnya, suatu perusahaan perlu
meningkatkan modal kerja dalam nilai nominal bersih untuk mempertahankan
kemampuan operasinya dengan harga yang semakin meningkat. Perusahaan juga akan
mendapatkan manfaat dari penggunaan utang selama masa inflasi. Tujuan akuntansi
inflasi adalah untuk mengukur kinerja suatu perusahaan dan memungkinkan setiap
orang yang tertarik untuk mengukur jumlah, waktu, dan kemungkinan arus kas masa
depan.
Suatu perusahaan dapat mengukur penguasaannya terhadap
barang dan jasa tertentu dengan menggunakan indeks untuk mengukur keuntungan
dan kerugian moneter. Karena tidak seluruh perusahaan dapat menyusun indeks
harga beli yang khusus untuk perusahaan itu,pendekatan di Inggris merupakan
alternatif praktis yang baik. Ketimbang mengungkapkan mekanisme penyesuaian
(atau sejenisnya),kami lebih suka untuk memperlakukannya sebagai pengurangan
dari penyesuaian biaya kini untuk depresiasi, harga pokok penjualan dan modal
kerja moneter. Pembebanan biaya kini dari penyajian ulang laba biaya historis
selama masa inflasi akan terhapuskan dengan pengurangan beban jasa utang yang
digunakan untuk mendanai pos-pos operasi tersebut.
Keuntungan
dan Kerugian Kepemilikan :
Akuntansi
untuk biaya kini membagi total laba menjadi 2 bagian :
(1) laba
operasi (perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang
dikonsumsi)
(2)
keuntungan yang belum direalisasi yang timbul dari kepemilikan aktiva non
moneter dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi.
Meskipun pengukuran keuntungan kepemilikan dilakukan secara langsung, perlakuan
akuntansinya tidaklah demikian.
Kenaikan dalam biaya penggantian aktiva operasi (yaitu
proyeksi arus kas keluar yang lebih tinggi untuk mengganti peralatan) bukanlah
suatu keuntungan, baik itu direalisasi atau tidak. Apabila laba berbasis biaya
kini mengukur perkiraan kekayaan perusahaan yang dapat digunakan, maka
perubahan biaya kini persediaan, aktiva tetap dan aktiva operasi lainnya
merupakan revaluasi ekuitas pemilik, yang adalah bagian dari laba yang harus
disimpan oleh perusahaan untuk mempertahankan modal fisiknya (kapasitas
produktifnya). Aktiva yang dimiliki untuk spekulasi, seperti lahan kosong atau
surat berharga yang dapat dipasarkan, tidak perlu diganti untuk mempertahankan
kapasitas produktif. Dengan demikian, jika penyesuaian biaya kini mencakup
pos-pos ini, kenaikan atau penurunan ekuivalen biaya (nilai) kininya (hingga
sebesar nilai yang dapat direalisasikan) harus dinyatakan langsung dalam laba.
7. Definisi penurunan ganda (double dip) dan menjelaskan cara
penangannya.
Kehati-hatian harus dijaga untuk mencegah fenomena
“double-dip”. Masalah ini timbul dari fakta bahwa inflasi lokal memberi dampak
langsung pada kurs yang digunakan dalam proses translasi. Walaupun ahli ekonomi
umumnya mengasumsikan suatu hubungan terbalik antara laju inflasi internal
suatu negara dengan nilai eksternal valutanya., bukti-bukti memperlihatkan
bahwa hubungan seperti ini jarang terjadi, paling tidak dalam jangka pendek.
Oleh karenanya, besarnya penyesuaian yang dilakukan untuk menghilangkan
fenomena perhitungan-ganda akan bervariasi tergantung pada kadar korelasi
negatif antara kurs dengan perbedan inflasi.
Penyesuaian inflasi terhadap harga pokok penjualan dan
beban depresiasi dirancang untuk menentukan laba, seperti dilaporkan agar tidak
terjadi overstatement laba. Meskipun begitu akibat hubungan negatif antara
inflasi lokal dan nilai valuta, perubahan kurs antara laporan keuangan saru
dengan laporan keuangan yang lain yang berurutan , yang umumnya diakibatkan
oleh inflasi (paling tidak selama satu periode tertentu), akan menyebabkan
perusahaan merefleksikan paling tidak sebagian dampak inflasi (yaitu,
penyesuaian-penyesuaian ganda, kerugian translasi yang telah tercermin dalam
laba seperti dilaporkan sebuah perusahaan harus diperhitungkan sebagai bagian
dari penyesuaian inflasi.
Penyesuaian di atas relevan untuk
perusahaan-perusahaan multinasional yang berbasis di AS, yang telah mengadopsi
dolar sebagai valuta fungsional operasi luar negeri berdasarkan FAS No. 52 dan yang
mentranslasikan persediaan dengan menggunakan kurs berjalan. Penyesuaian
tersebut sangat berhubungan erat dengan perusahaan-perusahaan multinasional
Eropa, jika kita melihat metode-metode translasi valuta yang dewasa ini mereka
paki. Dalam sebuah survey mengenai praktik-praktik translasi valuta asing di
Denmark, Jerman, Belanda, Swedia, Swiss, dan Inggris, perusahaan-perusahaan
disana mendemonstrasikan kecendrungan ke arah penggunaan metode translasi kurs
berjalan. Walaupun banyak perusahaan melaporkan keuntungan dan kerugian
translasi valuta dalam cadangan neraca, sejumlah besar perushaan, terutama di
Jerman, Belanda, dan Swedia mencerminkan keuntungan dan kerugian semacam itu
langsung di dalam laba berjalan. Tanpa adanya penyesuaian untuk menghindari perhitungan
ganda yang telah di singgung sebelumnya., perusahaan-perusahaan semcam itu bisa
berakhir dengan laba yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, karena inflasi
luar negeri dihitung dua kali.
NAMA : ARIEN KURNIAWAN. H
NPM : 21210064
KELAS 4 EB 20
Sumber :
Frederick
D.S. Choi, dan Gary K. Meek,International Accounting, Jakarta:
Salemba Empat,2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar